(Book) Antologi Rasa by Ika Natassa



This is not a fairytale story. Bukan tentang cinta yang dipendam kemudian mendapatkan pengakuan, lalu kedua tokoh hidup bahagia selamanya. Bukan cerita yang dimulai dengan prolog, masuk pada konflik yang rumit, lalu punya akhir cerita yang manis. Buku ini, bukan tentang itu semua.

Buku ini lebih kepada kisah sederhana dan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tentang empat sahabat (namun lebih difokuskan pada tiga orang saja) yang saling suka satu sama lain namun tak berbalas. Tentang Haris yang jatuh cinta pada Keara sejak hari pertama mereka bertemu di lift, Keara yang jatuh cinta pada Ruly sejak hari pertama kerja, dan Ruly yang tak pernah berhenti menyukai Denise, sahabatnya sejak kuliah di Boston, meskipun Denise sudah menikah. Tentang rasa yang telah dipendam dan terpaksa disembunyikan untuk waktu-waktu yang lama. Keempatnya berada dalam lingkaran ‘setan’ yang sulit dijelaskan dan harus memilah-milah antara perasaan dan persahabatan mereka.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, buku ini beda dengan buku fiksi biasa. Tidak ada prolog, konflik yang rumit, dan akhir bahagia. Semua mengalir begitu saja dan berakhir begitu saja. Seperti mengambil sepenggal kisah dari kehidupan nyata sehari-hari kemudian dirangkai dalam kata menjadi buku.

Diambil dengan tiga sudut pandang, konflik yang ada dalam buku ini lebih kepada konflik batin masing-masing tokoh dalam menghadapi perasaan mereka. Ketiganya sibuk menyimpan rapi perasaan mereka satu sama lain, rasa suka yang tak kunjung terungkap dan cemburu yang menguap tiap kali si sahabat menceritakan rasa suka mereka. Tidak ada tokoh protagonis dan antagonis karena ketiga punya kisah yang sama.

Ditulis dengan blak-blakan, to the point, dan apa adanya, dengan latar tempat dan keterangan waktu yang detail dan kuat, cerita ini benar-benar terasa nyata dan tidak dibuat-dibuat.

Dari buku ini saya belajar, selama apa pun kita menunggu, sebesar apa pun usaha kita agar orang yang kita sukai bisa tahu perasaan kita dan kalau beruntung mendapatkan balasan, cinta memang tidak bisa dipaksakan. Apa pun itu, semua kembali lagi pada waktu, satu-satunya pihak yang bisa menjawab.

Komentar