Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

(K-Drama) I Miss You -2013

Seperti yang saya katakan sebelumnya, alasan yang paling menarik hati saya untuk menonton drama Korea adalah ‘keterkenalan’ saya dengan pemainnya. Maka, saat drama ini mulai dipublikasikan saya cukup antusias menunggu. Saya sangat menanti apa yang  akan Yoon Eun Hye, Park Yoo Chun, dan Yoo Seung Ho  tawarkan pada drama ini. Dan benar, setelah menonton 21 episodenya, drama ini sangat memuaskan. Tak hanya punya pemain yang track record­ -nya bagus di dunia akting, cerita yang ditampilkan juga menarik. Benar-benar sebuah mellow-drama yang sukses membuat saya menangis hampir di setiap episodenya. Awalnya, saya pikir ini adalah cerita cinta Han Jung Woo dan Lee Soo Yeon. Karena pada episode-episode awal diceritakan latar belakang kehidupan mereka masing-masing, pertemuan mereka, serta momen-momen baik yang mereka alami bersama. Saya benar-benar mendapatkan chemistry antara pemeran Jung W oo dan Soo Yeon remaja, dan suka dengan setiap detail yang mereka tampilkan. Namun p

(Part 4) Kau, Cerita Baru, dan Mentari

Gadis itu meneguk habis kopinya yang sudah dingin. Ia meletakkan cangkir kopi itu ke meja, kemudian langsung melambai pada penjaga kafe, untuk memesan kopinya yang kedua. Setelah itu, ia menopang dagunya dan kembali menatap ke luar jendela.                 Perlahan semburat jingga mulai mewarnai sore itu, menggantikan kelabu yang tadi singgah. Pantulan warnanya di jalanan yang basah sangat menarik perhatian gadis itu. Ia tersenyum tipis, sembari menyeduh kopinya yang telah datang. Manis dan hangat. Seperti matahari sore itu. Seperti harapan yang baik setelah sebelumnya didera hujan dan kegelapan. Kini ia percaya, bahwa harapan manis itu, ada. ***                 “Tunggu..Tunggu sebentar,” teriak gadis itu sambil berlari sekuat tenaga menuju gerbang sekolahnya. Namun si penjaga sekolah lebih memilih menaati peraturan dibandingkan memberikannya kesempatan untuk masuk.                 “Tuk.” Kini pagar gerbang itu telah tertutup sepenuhnya. Tak ada lagi celah bahkan untuk sekada

(Part 3) Kau, Tanda Tanya dan Hujan Lebat

                Hujan sore itu ternyata berlalu begitu saja. Gadis itu menyeka embun yang telah menumpuk di jendela untuk melihat lebih jelas ke luar. Jalanan sudah sepenuhnya basah dan lembab. Ia bisa melihat gerimis lamat-lamat mulai menipis sebelum akhirnya hilang.                 Sebagian besar orang yang tadi berteduh mulai kembali melanjutkan perjalanannya, enggan untuk menunggu lebih lama lagi. Tidak ada yang tahu, apakah sesudah hujan yang sebentar itu akan kembali hujan, atau malah berganti pelangi.   Lagi, hujan selalu meninggalkan tanda tanya setiap kemunculannya. ***                 Gadis itu bergegas memberesi buku-buku pelajarannya, segera keluar kelas dan mempercepat jalannya ke gerbang sekolah. Ia harus menyelesaikan tugas Sejarah yang akan dikumpulkan besok, dan ia tak mau terkurung di sekolah seperti kamarin, karena langit mulai mendung. Pertanda, sebentar lagi akan hujan. Ia segera berlari keluar kelas menuju gerbang sekolahnya.                 Langkah gadis

(Part 2) Kau, Teka-Teki dan Hujan Sore itu

            Sepertinya mendung kali itu persis yang diprediksi kebanyakan orang. Satu per satu tetesnya mulai membasahi bumi. Pelan dan ringan. Bunyinya lembut, seperti nyanyian yang menidurkan. Gadis itu masih memperhatikan tetes-tetes itu saling berpacu, siapa yang lebih dulu jatuh ke tanah. Seiring dengan itu pula, orang-orang yang lalu lalang mulai mempercepat jalannya agar tidak terkurung hujan. Ada juga yang memilih untuk mencari tempat berteduh, berjaga-jaga kalau hujan semakin lebat. Sementara gadis itu menyeduh kopinya yang masih hangat. Aroma kopi itu, berpadu dengan sensasi pahit manisnya di kerongkongan adalah penenang yang baik di hujan sore itu. Kombinasi ketiganya kemudian mengantarkannya pada seseorang yang hingga saat ini masih dicarinya. Pemuda itu. Kedatangan pemuda itu seperti hujan sore itu, tidak terlalu terburu-buru untuk membuat kaget karena telah memberikan tanda-tanda samar. Serupa mendung yang telah dipertunjukkan sebelum hujan datang. Namun tidak cukup

(Part 1) Kau, Langit Mendung dan Hujan Tiba-tiba

Bogor, 2013                 Asap mengepul dari kopi yang dipesan gadis itu, perlahan-perlahan hilang bersama udara. Namun gadis itu sama sekali tidak tertarik pada kehangatan yang ditawarkan si kopi. Pandangannya malah lurus menembus jendela. Menerawang bekas-bekas masa lalu yang mungkin masih bisa digalinya. Langit di luar gelap. Biasanya pertanda hujan.                 Namun bagi gadis itu, mendung tak selamanya kelabu. Bahwa tak selalu langit gelap itu pertanda hujan. Bahkan ada kemungkinan setelah mendung yang datang justru sinar matahari. Sama seperti hidup, abu-abu. Tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak selamanya hal-hal yang dianggap buruk akan selalu buruk. Bahkan tak jarang, ia membawa cerita manis untuk dikenang.                 Sama seperti pemuda itu. Pemuda yang   menguasai hampir seluruh pikirannya beberapa tahun belakangan. Pemuda yang muncul dalam kamuflase hujan, seperti ia menamai dirinya. *** Naha, 2011