Dialog Rindu


“Aku merindukanmu”
“Benarkah?”
“Iya, aku selalu merindukanmu. Tidakkah kau merindukanku juga?”
“Iya, aku merindukanmu,”
“Lalu, kapankah waktu mengizinkan kita untuk saling melepas rindu?”
“Sampai ujung jalan kita bertemu, bukankah jalan kita punya muara yang sama?”
“Baiklah, aku akan menunggumu,”
*
“Aku merindukanmu”
“Benarkah?”
“Iya, aku selalu merindukanmu. Tidakkah kau merindukanku juga?”
“Hmm..”
“Mengapa kau diam?
“Entahlah”
“Bukankah harusnya kita menunggu waktu mengizinkan kita untuk saling melepas rindu?”
“Aku rasa tidak”
“Mengapa?”
“Karena jalan kita telah berbeda, hingga ujung jalan kita tak lagi punya muara yang sama”
*


Kini merindukanmu adalah sesuatu yang tidak boleh lagi aku lakukan. Rasanya menyakitkan. Aku rindu namun tidak disambut rindumu. Kontras dengan apa yang terjadi dulu. Setiap aku rindu, kau juga akan rindu. Bahkan terkadang kau rindu tanpa ada rindu dariku. Itu menyenangkan. Dan malangnya, dulu adalah bagian dari masa lalu, dan sejatinya masa lalu dan aku tidak akan pernah bertemu. Dulu, ya dulu. Betapa aku menyukai kata itu. Aku merindukanmu, Dulu. :’)

-040213-
11:02 PM
(Saat merindukanmu menjadi tabu..)


Komentar