Sebuah Lagu untuk Lelaki Hujan
Entah sudah berapa kali hujan
turun sejak aku tak lagi merindukanmu, lelaki dalam kamuflase hujan. Entah
sudah berapa lama aku tak lagi terpaku memandangi hujan sembari mengenangmu,
engkau yang selalu hadir kala hujan.
Hari ini sudah 998 hari sejak
terakhir kali aku melihatmu. Tanpa sadar, segala kebiasaanku yang berbasis
dirimu, terutama mengenang dan merindu, terkikis begitu saja. Bukan berarti aku
lupa. Tidak, mungkin tidak akan pernah. Hanya saja segalanya kini terkubur dalam
timbunan ingatan, ditimpa oleh ingatan-ingatan lain.
Sesekali tentu aku masih rindu.
Sesekali kau pun masih datang ke mimpiku. Namun intensitasnya semakin jarang. Dan
respon yang aku berikan tak lagi seemosional dulu. Tiap kali aku memimpikanmu,
aku hanya menghela napas, teringat secuil masa lalu, kemudian aku melanjutkan
hariku seperti biasa hingga aku lupa dengan detail ceritanya.
Bukan aku yang kuat dan telah
berhasil terlepas darimu. Tapi keadaanlah yang memaksaku begini. Aku tak bisa
bilang aku menikmatinya. Sejujurnya, aku lebih banyak merasa kosong. Dan aku
belum menemukan cara untuk mengisi kekosongan itu.
Lalu kau datang lagi dalam
mimpiku hari ini. Bedanya, mimpi kali ini agak berefek panjang. Menggedor
kembali pintu-pintu rasa untukmu yang telah aku kunci rapat-rapat.
Dalam mimpi, kau memintaku menyanyikan
sebuah lagu untukmu. Bernyanyi dalam pesta perpisahan. Dalam mimpi, aku bilang
belum siap dan akan kembali. Lalu aku terbangun.
Kisah dalam mimpi itu membawa aku
berpikir seharian ini. Biasanya setiap kali aku bermimpi, selalu ada lagu yang
terngiang begitu aku bangun. Namun kali ini tidak. Lalu aku mulai mencari.
Tapi aku tak menemukan jawaban
yang tepat. Layaknya kisah yang lain, kau dan aku juga punya terlalu banyak lagu
yang kita bagi.
Lagu-lagu yang melatarbelakangi cerita
senang-sedih kita. Lagu-lagu yang mengakhiri konflik. Lagu-lagu yang kau
kirimkan padaku, tiap kali aku sakit atau bersedih. Lagu-lagu yang aku kirimkan
padamu, yang lebih banyak aku tuliskan diam-diam di media sosialku untukmu,
tanpa kau sadari. Lagu-lagu yang kebetulan sama-sama kita sukai meski aliran
musik favorit kita berbeda genre.
Semua lagu-lagu itu aku ingat
dengan sangat baik, sebagai penghubung antara kau dan aku, hingga detik ini.
Kebingunganku ini akhirnya
membawaku menembus batas masa lalu, kebiasaan yang juga telah lama aku
tinggalkan. Aku membaca lagi percakapan kita beberapa tahun lampau. Membacanya
memberikan sensasi pahit-manis yang susah didefinisikan. Aku tersenyum dengan
setiap percakapan kita, namun rasanya sakit mengingat itu telah berlalu, dan
tidak akan pernah terulang lagi.
Lalu aku menemukan satu lagu. Always Somewhere dari The Scorpions.
Sejujurnya, aku tak pernah
mendengar lagu itu. Aku baru mendengarnya utuh saat menulis ini. Liriknya aku dapatkan
saat wali kelasku menyanyikannya waktu aku dan teman-teman sekelasku berlibur
di sebuah vila yang punya fasilitas karaoke, enam tahun lalu. Saat itu aku
merasa sepi dan entah mengapa tak bisa berbaur dengan teman-temanku.
“Night without you.. seems like a lost dream” tulisku. Lalu kau
meninggalkan komentar, dan kita memiliki percakapan singkat.
“Aku disini,”
“Terlalu jauh dariku”
“Mimpikan saja aku”
“Itu tak kan cukup”
“Kalau begitu temui aku”
“Akankan kau menungguku?”
“Tentu saja”
Aku mencerna kembali percakapan
singkat itu. Aku, berharap bisa menyusulmu sesegera mungkin, lalu kita tak lagi
punya jarak seperti waktu itu. Kau, berjanji menungguku. Sebuah kesepakatan
yang menyuburkan harapan.
Yang membuatku tersenyum miris membacanya
saat ini adalah, pada akhirnya, kau dan aku tak pernah bersatu. Kita hanya
bertemu sesekali. Kemudian, setelah hampir 1000 hari sejak pertemuan kita
terakhir, kau dan aku tak pernah bertemu lagi. Bahkan di dunia maya sekali pun.
Aku sedih, tentu saja. Cerita
yang telah aku susun perlahan-lahan, harapan yang tumbuh menahun, ternyata
berakhir tanpa kata. Berakhir dengan aku yang masih bertanya-tanya, tanpa tahu
kemana lagi harus bertanya. Berakhir dengan kau, yang telah membentangkan jarak
dan tak mau lagi menjawab segala tanya. Tapi tak masalah. Aku sudah belajar
merelakan.
Maka, aku kirimkan lagu ini
untukmu. Aku tak tahu apakah kau tahu lagu itu. Yang jelas, lagu ini ternyata
juga punya cerita tentang kita. Sebuah lagu yang kutemukan terselip di antara tumpukan
lagu-lagu yang telah ada. Sebagai penjawab mimpi, juga menjadi pelengkap daftar
lagu kenangan kau dan aku.
Aku tak mungkin menyanyikannya,
entah jika kita bertemu lagi dalam mimpiku. Tapi aku harap tak perlu. Tak perlu
lagi kita bertemu dalam mimpi, sementara kau dan aku tak punya apa-apa lagi
untuk dibagi. Kalaupun suatu hari nanti kau dan aku bertemu, biarlah itu
pertemuan tak disengaja dari dua orang yang pernah mengenal satu sama lain.
Yang telah sama-sama menutup buku cerita masa lalu.
I
call your number the line ain't free
I like to tell you come to me
A night without you seems like a lost dream
Love I can't tell you how I feel
Always somewhere
Miss you where I've been
I'll be back to love you again
Another morning another place
The only day off is far away
But every city has seen me in the end
And brings me to you again
Always somewhere
Miss you where I've been
I'll be back to love you again
I like to tell you come to me
A night without you seems like a lost dream
Love I can't tell you how I feel
Always somewhere
Miss you where I've been
I'll be back to love you again
Another morning another place
The only day off is far away
But every city has seen me in the end
And brings me to you again
Always somewhere
Miss you where I've been
I'll be back to love you again
P.S : Jika kau telah lebih dulu menutup buku, bisakah kau
selipkan secarik lirik ini di bagian akhir bukumu?
P.S.S : I do miss you
where I’ve been sometimes; but I won’t
be back to love you again, if you
won’t let me.
P.S.S : Aku tahu kau tak akan pernah membaca tulisan ini, aku hanya ingin sedikit bercerita. Semoga kau selalu bahagia. (:
11.35 pm
-230515-
(malam mengenang masa lalu..)
Komentar
Posting Komentar