Pada Pukul 5 Sore
Ini sudah pukul 5 sore,
Matahari perlahan mulai
beranjak ke paraduannya
Meninggalkan semburat jingga berpadu
merah membekas jejak
Lalu, orang-orang di sekitar taman
ini mulai hilang satu per satu
Bergegas pulang sebelum malam menari
Namun aku masih di sini, menunggumu
Aku sudah menunggumu sejak pukul 1
Kau bilang, kau akan datang
Meski kau tak bilang, kapan kau
akan datang
Ya, kau selalu begitu, kau tak
pernah bilang kapan kau akan datang
Karena kau tau aku pasti menunggu
Lalu, aku hanya mampu memandangi
irama kakiku bergoyang pelan
Sarat kepasrahan namun tetap tak
mau kalah pada waktu yang memberi harapan
Sementara bertemu denganmu adalah
hal langka yang bisa terjadi dalam hidupku
Seandainya kau datang pada pukul 1,
Mungkin kita bisa makan siang
bersama
Duduk di dekat jendela dengan
santai, menikmati suap demi suap makanan yang kita pesan
Aku bisa merasakan sensansi hangat
dari jeruk hangat favoritku yang terasa jauh lebih manis saat bersamamu
Sementara kau punya banyak waktu
untuk meneguk air putihmu sampai habis, lalu mengisi kembali gelasmu yang
kosong
Aku tau kalau kau tak suka minuman
manis dan kau tak pernah memesan minuman lain selain air putih
Setelah itu, mungkin kita bisa
berjalan-jalan di taman bermain
Membiarkan kombinasi manis dan
dinginnya es krim menyentuh lidah
Lalu meniti bianglala
sebelum sore menjemput
Kemudian pulang dengan senyum
bahagia
Seandainya kau datang pukul 2,
Mungkin kita bisa menghabiskan
siang dengan menonton sebuah film bersama
Terlebih, kau pencinta film dan
ingin mendedikasikan hidupmu sebagai orang di belakang layar
Aku tak peduli tema apa yang ingin
kau tonton
Duduk beberapa jam di sampingmu
sudah cukup memberikan kehangatan dari dinginnya ruang bioskop
Lalu kita bisa berjalan pulang sambil saling berargumen dan berdiskusi mengenai film yang kita tonton tadi,
Bisa bertukar pikiran denganmu, adalah hal yang menyenangkan
Bisa bertukar pikiran denganmu, adalah hal yang menyenangkan
Seandainya kau datang pukul 3,
Mungkin kita punya cukup waktu
untuk bersantai di taman kota
Aku membaca buku sementara kau
berlagu dengan gitarmu
Sesekali aku ceritakan apa hal
menarik yang aku temukan dari buku yang ku baca
Atau kau yang tiba-tiba didera
implus usil, kemudian menyanyikan lagu sedikit lebih keras untuk mengganggu
konsentrasiku
Lalu kita tertawa dengan lepasnya,
Saat mataku lelah membaca, mungkin
kita bisa menyanyikan sebuah lagu bersama
Lagu yang kemudian akan menjadi
lagu kenangan kita sepanjang masa
Bahagia itu, memang sesederhana
bersamamu
Seandainya kau
datang pukul 4,
Mungkin kita masih
sempat sekadar berjalan-jalan mengelilingi kota dengan kendaraanmu
Membiarkan angin
menerpa kulit dan menerbangkan ujung-ujung rambutku
Kita cukup
menikmatinya dalam diam, tanpa banyak bicara
Karena itu bisa
mengganggumu yang sedang berkendara
Setidaknya kita
masih bisa berkomunikasi lewat mata
Mata yang sama-sama
melihat hal yang serupa
Dalam dimensi
waktu dan tempat yang sama
Kemudian
perjalanan singkat itu menambah daftar kenangan dari perjalanan singkat lain
yang kita punya
Bagiku,
memperhatikan siluetmu dari belakang sudah cukup membuatku tersenyum bahagia
Setidaknya, pada
saat itu kita hanya berjarak beberapa jengkal
Mematahkan segala
jarak yang kita punya di hari lain
Meskipun kau
datang pada pukul 5,
Dengan waktu yang
sama sekali tak bersisa
Mungkin kita masih
bisa saling menatap satu sama lain
Melontarkan
kalimat sapaan sederhana
Layaknya sahabat
lama yang telah lama tak bersua
Lalu aku akan
merekam setiap liku wajahmu
Untuk kemudian aku
ingat sepanjang waktu, sebelum pertemuan selanjutnya yang masih abu
Lalu kita
berpisah, dengan rasa pahit manis yang tak karuan
Pahit, karena
pertemuan itu haru dan hanya sekejap
Manis, karena
setidaknya rindu yang telah bertumbuh lepas bersama senja
Dan kini telah
pukul 5 lewat 55 menit
Masih di pukul 5,
namun telah cukup jauh dari angka 5 yang sebenarnya
Pukul 5 yang kini
hanya punya 5 langkah lagi untuk berubah wujud menjadi pukul 6
Yang tiap detik
perjalanannya seakan menyiratkan bahwa harapanku sia-sia
Lalu aku berdiri,
beranjak meninggalkan bangku itu
Yang kini telah
berganti hunian dengan daun-daun kering yang jatuh dari pohon
Semakin jauh aku
meninggalkan tempat itu
Semakin waktu
menamparku untuk membuat sadar
Bahwa kau sama
sekali tidak akan datang,
Dan sepertinya
tidak akan pernah lagi datang
Lalu menunggu
telah habis pula di batas sanggupnya
Mengisyaratkan,
agar aku tak perlu menunggumu lagi
-270112-
5:55 pm
(kala menunggu telah habis di batas
sanggupnya..)
Komentar
Posting Komentar