Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ternyata Rindu Itu Melelahkan

Ternyata, merindukan bisa jadi aktivitas yang sangat melelahkan. Sama melelahkannya dengan kerjaan yang menumpuk. Mungkin lebih buruk. Setidaknya, kerjaan yang menumpuk bisa diselesaikan jika kau menyediakan waktu untuk mengerjakan. Sementara rindu, tak akan bisa tuntas sampai kau bertemu dengan objek kerinduan. Dan kau harus menunggu, bersabar bersama waktu, agar segera dipertemukan. Aku benci perasaan rindu yang melelahkan. Mengapa aku harus bersusah-susah rindu sementara aku tau aku tak akan bisa bertemu. Mengapa kerinduan tidak bisa dikontrol seperti kerjaan di kantoran. Betapa rindu sungguh menyiksa, makin lama ditumpuk makin menyiksa. Sementara si penawar rindu bahkan tak peduli bahwa ia adalah kunci penyelamat semua ini. Penuntas dahaga agar aku segera lega. Maka kerinduan yang melelahkan ini aku lawan dengan hal yang lebih konyol: mengunjungi tempat yang biasa aku kunjungi denganmu. Mencari bayanganmu di tengah keramaian. Meskipun semu, setidaknya semua memori masih

Syukuran Dua Enam

Tepat saat aku menulis ini, sudah 26 tahun dan 30 hari aku hidup ke dunia. Bagaimana rasanya menjadi dua enam? Lega. Aku merasa sangat lega. Meski sejujurnya, saat memasuki tahun 2018, aku cukup panik menghadapi kenyataan bahwa aku akan berumur dua enam, sebuah angka yang harusnya sudah melewati quarter life crisis , meskipun kenyataannya belum. Masih banyak hal yang harusnya dilakukan tapi belum terlaksana, yang harusnya tercapai tapi tidak ada progress apa-apa, dan lain lain dan lain lain. Aku juga membaca lagi tulisanku saat baru mencapai umur dua lima, dan kebanyakan segala yang aku keluhkan masih sama. Tapi ketika waktunya berumur dua enam itu tiba, entah kenapa aku merasa sangat lega. Seolah segala ikatan harusnya-kamu-sudah-begini-dan-begitu-di-umur-dua-enam itu lepas sepenuhnya. Aku tak lagi peduli. Karena toh tak ada yang bisa aku lakukan selain berusaha dan berdoa, dan hidup juga tak pernah mewajibkan kita untuk harus menjadi sesuatu pada umur tertentu. Aku ju

Renungan Libur Lebaran

Semenjak menjadi pegawai kantoran di ibukota, libur lebaran adalah satu-satunya jalan bagiku untuk pulang ke kampung halaman. Dan libur lebaran tahun 2018 ini adalah libur yang (harusnya) paling menggembirakan karena cuti bersama yang membuat libur lebih lama yaitu sampai 12 hari, yang kemudian aku tambah sendiri menjadi 14 hari. Namun tak seperti libur lebaran tahun-tahun sebelumnya, libur lebaran tahun ini justru menjadi yang paling sepi dan banyak kuhabiskan sendiri dan hanya bersama keluarga inti. Biasanya, pada lebaran hari pertama dan kedua, aku mengunjungi saudara yang tinggal di kota berbeda. Kemudian libur lebaran hari ketiga dst, diisi dengan beragam reunian mulai dari: reuni teman SD, teman segeng SMP, teman sekelas SMA, teman segeng SMA, teman main zaman kuliah dll. Belum lagi silaturahmi ke rumah guru A atau guru B.   Kadang saking banyaknya reunian, tidak semua teman-teman apalagi guru yang bisa ditemui. Namun tahun ini berbeda. Aku tak lagi mengunjungi sanak