Langsung ke konten utama

Curhatan Bridesmaid



Di usiaku sekarang, mendapatkan undangan pernikahan dari teman sejawat telah menjadi hal yang lumrah. Sejak dua tahun lalu, saat aku masih berusia awal dua puluhan, satu per satu teman-temanku mulai melepas masa lajang. Makin kesini, intensitasnya makin bertambah hingga tiap kali buka sosial media isinya mulai tak jauh-jauh dari pasangan muda dan keluarga kecil bahagia.

Kalau ditanya perasaanku tiap ada undangan atau melihat pasangan di sosial media, sebenarnya biasa saja. Karena memang belum ada planning dan juga memang belum ada calon. Belum ada kesiapan dan kemantapan hati. Meskipun kadang-kadang ada rasa iri sedikit-sedikit terutama kalau yang sudah punya pasangan adalah mereka yang tak disangka-sangka, misalnya mereka yang dulu di zaman sekolah amat polos dan tak paham cinta-cintaan, namun ternyata lebih dulu menemukan jodohnya.
Tapi rasa baper mulai menghampiri saat satu per satu orang-orang yang berada dalam lingkaran terdekat persahabatanku melepas masa lajang. Tahun lalu ada satu orang. Tiga bulan lalu satu orang. Bulan ini, tiga orang berturut-turut. Dan karena kebetulan juga dianggap dekat oleh mereka, maka pengalamanku menjadi bridesmaid dimulai. 

Aku mendengar keluh kesah mereka tentang persiapan pernikahan, melihat bagaimana mereka didandani hingga jadi sosok berbeda yang kemudian dikerubungi banyak orang, membantu sedikit-sedikit apa saja yang bisa dibantu, hingga tanpa sadar mengikuti proses panjang hingga mereka sah menjadi milik orang. 

Hingga hari H tiba, dan melihat mereka bersanding di pelaminan, rasanya benar-benar campur aduk.
Tentu ada pertanyaan dalam diriku: kapan giliranku tiba? Namun dibanding itu semua, dalam setiap kebahagiaanku melihat mereka bersanding bahagia, ada rasa kehilangan yang sulit dijelaskan. Tiap kali ada tamu yang datang dan menyalami lalu berfoto dengan mereka, aku merasa amat berjarak dengan mereka, teman-teman terdekatku itu.

 Muncul rasa cemburu, betapa banyak orang yang mengenal dan tau dengan mereka. Muncul pertanyaan, seberapa besar kontribusiku dalam kehidupan mereka? Seberapa banyak memori yang telah aku bagi untuk kemudian bisa dikenang oleh mereka?
Lalu setelah semua perhelatan usai, jarak yang ada tentu semakin nyata. 

Sahabatku, yang dulu menjadi teman baikku, yang bisa kuhubungi dan ajak main kapan saja, kini punya teman hidup yang harus ia prioritaskan sampai akhir hayatnya. Sahabatku, yang padanya dulu aku menumpahkan uneg-unegku, kini punya waktu yang lebih banyak harus dihabiskan dengan keluarganya. 


Terdengar sangat kekanak-kanakan memang, seperti saat kau punya sahabat di masa sekolah lalu kemudian sahabatmu berteman dengan orang lain yang tak kau kenal, lalu kau merasa tersisihkan.
Terdengar posesif dan overprotektif memang, namun sebagai pribadi yang tak pernah dating dalam beberapa tahun terakhir, sahabat-sahabatku adalah orang-orang terdekat yang aku punya.

Kadang-kadang tanpa sadar aku masih sering memaksa mereka untuk bertemu, sementara waktu yang mereka punya terbatas. Aku benar-benar berada dalam masa adaptasi untuk menyadari bahwa masa berteman-huru-hara-sama-sama itu sudah berakhir. 

Di usiaku sekarang, memang masanya untuk fokus pada kehidupan pribadi masing-masing, masa depan seperti apa yang ingin dimiliki, usaha seperti apa yang harus dilakukan, dsb. Juga masa untuk menemukan satu teman saja, cukup satu, untuk berbagi semuanya seumur hidup. 

Beruntung masih ada beberapa teman dekat yang senasib denganku. Namun semuanya juga tinggal menunggu waktu, untuk mereka pergi satu-satu. Semoga ke depannya, apakah aku ditinggalkan atau meninggalkan mereka, aku bisa menghadapi semuanya lebih dewasa. Bahwa memang tak ada yang bisa kita miliki sepenuhnya di dunia ini, bahwa orang datang silih berganti, masing-masing punya jatah waktunya sendiri-sendiri untuk dihabiskan dengan kita.

Namun apapun itu, percayalah aku tetap bahagia untuk diriku dan mereka. (:

-030717-

Komentar

  1. aku terharuuu bacanyaaaa.huhuhuhuu

    BalasHapus
  2. kak dissa aku fahmi dari bekasi suka tulisanmu. bikin tulisan lagi dong kak

    BalasHapus
  3. Pengen jadi jutawan hanya dengan 20.000
    Ayo daftar dan mainkan gamenya ya boss
    Di Situs Judi Online Terpercaya seAsia
    dewalotto Link :
    dewalotto.club

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Book) Love, Stargirl by Jerry Spinelli

Buku ini didedikasikan bagi mereka yang belum bisa move on dari orang yang disukainya, meskipun telah hidup berjauhan. Tulisan ini mungkin tidak banyak mengulas tentang unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik buku ini . Karena aku ingin berbagi tentang sosok Stargirl dan ceritanya tentang move on . Buku ini adalah surat panjang Stargirl kepada Leo, yang ia tulis setiap hari. Lengkap dengan tanggal dan bulan kejadian. Stargirl menceritakan seluruhnya pada Leo tanpa ada yang ia sembunyikan. Hingga tidak ada batasan-batasan bab dalam buku ini. Persis seperti membaca buku harian. Apa yang ingin disampaikan Stargirl dalam suratnya adalah segala upaya yang dia lakukan untuk move on dari Leo. Bagaimana ia menyibukkan dirinya untuk melupakan Leo dengan bermain bersama Dootsie dan Alvina yang jauh lebih muda darinya, mengunjungi Betty Lou yang terkena agoraphobia, Mergie di kedai donatnya, atau Charlie yang setiap hari duduk di sebelah makam istrinya, Grace. Ia kembali

Bicara Tentang Penulis (Paling) Favorit: Winna Efendi

Hampir semua orang terdekatku tau betapa aku menyukai Winna Efendi. Tiap kali selesai membaca bukunya, atau tanpa sengaja melihat bukunya dipajang di toko buku, aku selalu semangat bercerita tentang Winna dan karya-karyanya. Ada yang sampai penasaran dan akhirnya ikut baca buku Winna. Ada juga yang mungkin sampai bosan karena tidak pernah kenal dan baca buku Winna. Winna Efendi mungkin tidak sekaliber Dee atau Ika Natassa (meskipun beberapa karyanya juga telah difilmkan) yang bahkan-orang-yang-belum-pernah-baca-buku-mereka-pun tau atau setidaknya pernah mendengar nama mereka. Winna memang punya fans yang lebih segmented , kalau aku pribadi mengklasifikasikan: mereka penyuka cerita cinta sederhana yang mellow dan sendu. Pun sosok Winna sendiri lebih suka muncul lewat karya-karyanya dan tidak begitu aktif menujukkan diri di sosial media. Bahkan di instagram pribadinya, tidak pernah ada foto diri apalagi kehidupan pribadinya. Hingga sebagai penggemarnya aku cukup puas mengenalnya

(Movie) Nada Sousou -2007

Synopsis Ini adalah kisah seorang anak laki-laki bernama Youta, yang harus mengalami pahit manis hidup saat dia masih terlalu dini untuk mencerna setiap kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Ibunya menikah dengan seorang seniman, yang punya seorang anak perempuan bernama Kaoru. Sedari awal, ibunya telah menegaskan ia untuk menjaga Kaoru sebaik mungkin. Lalu mereka menjadi akrab dan keluarga kecil mereka hidup bahagia. Namun yang terjadi kemudian di luar dugaan. Sang ayah pergi meninggalkan keluarga tersebut, lalu si ibu menjadi stress dan sering mabuk. Pada akhirnya ibunya sakit parah dan meninggal dunia. Sebelum meninggal pun, ibunya tetap berpesan pada Youta untuk menjaga Kaoru. Youta kecil pun membawa Kaoru ke tempat neneknya di seberang pulau. Lalu mereka hidup di sana hingga akhirnya Youta kembali lagi ke kota pada umur 16 tahun dan bekerja keras. Ia putus sekolah dan berusaha mencari uang sebanyak mungkin agar adiknya bisa bersekolah lebih tinggi darinya. Hara