Gamang




Aku baru tau, kadang-kadang hidup bisa mempermainkan kita sedemikian rupa. Bahkan, kau bisa tertawa-tawa karenanya. Bukan tawa bahagia, namun tawa miris. Bagaimana kau sama sekali tak punya kata kunci tentang apa yang terjadi di hadapanmu, bahkan sedetik di hadapanmu. Bahwa kadang manusia terlalu banyak percaya, terlalu pasrah lalu tak punya daya, terlalu berupaya hingga kehabisan tenaga, dan terlalu cepat menyerah hingga berhenti berusaha.

Ada yang telah siap kulepaskan. Kurapikan segala kenangan, ku simpan rapi dan kukunci rapat-rapat, kukubur dalam –dalam hingga ku harapkan ia tak lagi mengganggu masa depan. Aku bahkan sudah berdiri di depan pintu, siap melambaikan tangan padanya yang tak akan pernah lagi pulang, padaku. Aku telah merelakan tanpa penyesalan. Dan tanpa harapan.

Lalu, saat aku telah menutup pintu dan siap memulai kehidupan baru, datang kabar bahwa yang kulepaskan ternyata pergi tanpa tujuan. Sementara aku sengaja melepaskan karena aku tau ada yang akan memberikan kehangatan, yang lebih nyaman. Bagaimana mungkin, aku membiarkan sesuatu yang telah kujaga baik-baik selama ini, hidup tak bertuan?

Aku gamang. Haruskah aku berlari mencarinya lalu kembali membawanya pulang? Membongkar lagi kotak kenangan, meruntuhkan segala pertahanan, lalu kembali merajut harapan? Masalahnya, aku tak tau yang ia pikirkan. Apa yang sebenarnya ia inginkan. Ia tak ingin lagi bersamaku, ia telah lama ingin meninggalkan aku yang masih asyik mempertahankan kenangan. Hingga akhirnya, kulepaskan jua.

Aku kira aku tak lagi peduli. Tapi ternyata segala tentangnya masih menggetarkan. Dan aku belum siap dengan segala kemungkinan. Aku terlanjur nyaman dengan keputusan yang telah ia buat. Aku telah bersusah payah mengikhlaskan. Dan saat semua tak sesuai yang ku bayangkan, aku bingung.
Aku tak ingin harapan yang sudah kupangkas habis tumbuh lagi. Aku tak ingin kesempatan yang sudah ku buang jauh kembali lagi. Aku tak ingin kenangan yang sudah kukubur dalam-dalam bangkit lagi. Aku tak ingin kehilangan lagi.  Masalahnya, ada sudut-sudut terkecil di otak dan hatiku yang masih ingin. Sangat ingin, ia kembali.

Aku lepas kontrol. Aku hanya bisa tertawa-tawa bagaimana hidup bisa suka-suka membolak-balikkan sesuatu yang sepertinya sudah berjalan sesuai takdirnya. Aku dilema.

2:54 am
-170116-


Komentar