IELTS (bagian II)
Perjalanan belajar IELTS-ku sepanjang 2024 dimulai. Karena
aku belum punya tujuan dalam waktu dekat, jadi aku memutuskan belajar santai
sesuai kemampuan karena harus nyambi mengasuh Kina yang waktu itu masih full
ASI.
2024
Target pertama – belajar sekitar 5 bulan, lalu ambil tes
di bulan Juni 2024.
Februari : Karena udah bertahun-tahun melupakan
IELTS, aku jadi catch up lagi dengan semua materi IELTS. Beruntung zaman
sekarang teknologi makin maju dan informasi makin tersebar luas, hingga aku tak
perlu lagi susah-susah ambil kursus jauh.
Aku memanfaatkan handbook yang aku dapatkan saat belajar di
Mr. Alex Course, ditambah materi dari Youtube seperti E2 IELTS dan IELTS
Advantage, juga sumber-sumber lain.
Setelah itu aku mulai latihan mandiri all skills, setiap
hari 1 skill. Aku hanya bisa mengalokasikan waktu sekitar 1-2 jam setelah Kina
tidur dan sebelum dia bangun lagi. Tentu saja meski sudah merencanakan belajar
setiap hari, tidak bisa konsisten karena tergantung situasi dan kondisi hari
itu.
Aku belajar soal-soal dari buku Cambridge dan dari Youtube
untuk Listening
Maret: Masih lanjut belajar mandiri, lalu memutuskan
untuk mengambil IELTS Prediction Test yang pertama untuk mengetahui levelku
saat ini. Aku mengambil tes di lembaga lokal yaitu AU Institute. Aku berharap
tes online yang diawasi langsung, namun ternyata tesnya dikerjakan mandiri
setelah soalnya dikirimkan via WA.
Model tes begini dituntut kesadaran diri yang tinggi untuk
gak cheating, atau ulang recording Speaking-nya. Waktunya juga fleksibel karena
tidak ada yang mengawasi.
Hasilnya seperti berikut:
Untuk Listening dan Reading karena aku udah latihan terus, hasilnya sudah memenuhi target. Writing memang susah banget, jadi catatan buat belajar lebih rajin. Speaking agak di luar dugaan karena menurutku masih belum banyak preparasinya.
April : Libur lebaran, aku mudik ke luar kota, dan
jet lag setelahnya jadi sebulanan ini gak belajar sama sekali.
Mei: Mulai belajar lagi, kali ini karena ingin membiasakan online test, aku mulai belajar dari website. Bermodal dari informasi para influencer di Instagram, aku menemukan website: https://ieltsonlinetests.com/ – yang user experience-nya bagus dan free untuk Listening & Reading.
Untuk Writing, aku mulai belajar private dengan temanku yang
sangat handal bernama Agnesius Susanto – yang walaupun belum pernah resmi
mengambil IELTS tapi bisa mengantarkan muridnya ke berbagai universitas di
dunia. (seneng gak Santo).
Sementara Speaking, masih belajar casually karena butuh
partner untuk belajar.
Juni-Juli: Masih berusaha untuk konsisten belajar setiap
hari, tapi pada masa ini semangat agak hilang timbul. Rencana awal untuk tes
bulan Juni tentu saja batal.
Agustus: Akhirnya penyemangat hidupku pulang, liburan
sekitar 2 minggu, jadi gak belajar sama sekali.
Target kedua – kebut belajar buat tes bulan November/Desember
September: Tiba-tiba udah September aja, akhirnya aku
mulai kebut belajar. Karena speaking-ku belum banyak progress, jadi aku latihan
Speaking setiap hari ditambah 1 skill lainnya.
Selain itu, aku juga membuat jadwal belajar dan memantau
progress belajarku via Notion.
Bulan ini aku mengganti resource belajarku, karena ternyata website yang aku pakai sebelumnya kurang reliable dari segi soal. Aku balik lagi ke materi Cambridge, dan setelah mencoba berbagai website lainnya dari https://ieltstrainingonline.com/ hingga https://www.ieltsworldly.com/ – aku menemukan 1 website yang paling lengkap dan komprehensif yaitu https://engnovate.com/ yang memuat soal-soal Cambridge lengkap hingga yang terbaru Cambridge 19.
Aku juga masih kursus Writing dengan Santo karena
progress-nya belum terlalu signifikan.
Akhir bulan aku menargetkan untuk mencoba mock-up test,
karena selama ini aku belum pernah mencoba latihan all-skill dalam satu waktu.
Aku pakai website https://www.globalieltsonline.com/
dengan harapan bisa dinilai full test, tapi ternyata yang bisa dinilai cuma
Listening & Reading – plus soal-soalnya beda dengan soal-soal Cambridge.
Hasil mock up test:
Oktober: Kembali kehilangan semangat, di tengah
banyak agenda keluarga dan momen penting lainnya seperti menyapih Kina yang
butuh proses dan waktu yang melelahkan. Juga momen Kina masuk sekolah yang juga
penuh drama. Jadi aku belum bisa fokus belajar lagi.
November: Semakin dekat dengan deadline, dan Kina
sudah mulai bisa adaptasi sekolah, aku jadi lebih punya banyak waktu untuk
belajar pas dia lagi di sekolah. Setiap hari aku belajar 3 skills (termasuk
Speaking) siang hari dan kadang kalau lagi semangat aku bisa belajar lagi malam
hari.
Akhir bulan aku ambil mock-up test mandiri lagi via website Engnovate.
Hasil mock up test:
Desember: Meski menargetkan untuk ambil tes bulan
ini, ternyata kembali gagal karena Writing-ku masih belum memuaskan, dan
Speaking yang belum banyak latihan. Akhir tahun banyak momen liburan keluarga,
dilanjutkan dengan Kina sakit beberapa minggu jadi harus istirahat dan gak
sekolah.
Aku cuma bisa curi-curi waktu belajar, masih kursus dengan
Santo untuk Writing, tapi di satu titik aku mulai merasa stres karena masih
membuat kesalahan yang sama, sampai aku nangis waktu kursus. Wqwq. Entah karena
kelelahan, overwhelmed dan perasaan negatif lainnya. Hingga aku memutuskan untuk
rehat dan gak lanjut kursus dulu.
Meski begitu aku tetap belajar mandiri, dan karena masih tetap butuh evaluasi untuk Writing dan Speaking, akhirnya aku langganan paket premium Engnovate selama sebulan. Dengan harapan bulan Januari aku sudah bisa ambil real test.
Aku juga belajar banyak dengan bantuan ChatGPT, yang gak hanya mengoreksi tulisan yang kita buat, tapi bisa juga diajak diskusi tentang struktur kalimat, vocabularies, juga bisa kasih latihan-latihan mini sesuai topik yang kita kerjakan.
Meski belum bisa real test, aku akhirnya mencoba prediction
test lagi untuk mengukur sejauh mana kemampuanku saat ini.
Kali ini aku mencoba IELTS Prediction Test dari Schoters, pilih
paket all-skills plus feedback. Kali ini tes dilakukan via online, dan setelah
link tes diklik semua harus dikerjakan langsung. Meski begitu, ada 3x
kesempatan untuk Listening & Reading – barangkali mau ulang lagi karena
score untuk 2 skills ini langsung ditampilkan.
Menurutku prediction test ini lebih menantang dan soalnya
mirip dengan real test, meski tampilan website-nya kurang user-friendly. Hingga
aku harus copy materi reading ke Word biar lebih gampang dibaca. Selain itu,
karena soalnya berasa dari buku Cambridge juga, ada kemungkinan kita udah
pernah mengerjakan soal itu sebelumnya.
Untuk prediction test ini aku kerjakan semua dalam satu
kali, termasuk Speaking yang bisa aja diulang-ulang lagi karena record sendiri.
Tapi aku mengingatkan diriku bahwa aku harus tau hasil real-nya karena waktu
tes nanti gak ada yang namanya retake.
Hasil prediction test-ku kali ini adalah :
2025
Januari: Sebenarnya setelah akhir tahun gagal, aku
menargetkan untuk tes di bulan Januari ini, karena Februari pendaftaran
beasiswa sudah dibuka dan aku ingin fokus untuk mempersiapkan aplikasi.
Tapi lagi-lagi gagal. Pada masa ini, aku sudah mulai bosan, overwhelmed dan lelah. Terutama untuk Writing yang benar-benar masih stuck di
situ situ saja.
Kali ini aku menargetkan belajar all skills setiap hari
(yang tentu saja tidak bisa konsisten).
Aku juga mulai menata pikiranku, untuk tidak lagi mengejar
score tertentu, tapi fokus mempertahankan score yang udah aku miliki sekarang.
Karena tidak ada waktu lagi, target terakhir untuk tes IELTS
adalah bulan Februari.
Februari: Akhirnya hari yang dinantikan pun tiba.
Sebenarnya ada banyak juga drama yang terjadi hari ini, akan aku ceritakan di
babak lainnya, sekaligus berbagi hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum test,
dan bagaimana keajaiban itu memang nyata.
Aku mengambil ujian IELTS di British Council Padang - meski kayaknya lebih banyak orang yang ambil di IDP. Tapi karena sekarang aku tinggal di daerah dan yang lebih gampang dijangkau adalah British Council, jadi ya udah.
2 hari setelah tes – hasilnya keluar:
Begini impresiku setelah dapat hasilnya:
- Untuk overall score sudah sesuai dengan targetku
dan hasil prediction test.
- Listening – jujur selama ini aku merasa kuat di
Listening dan beberapa latihan terakhir aku konsisten dapat 7,5 bahkan 8; jadi sebenarnya
aku sedikit sedih dengan hasil ini. Plus aku merasa yakin jawabnya udah benar
wqwq.
- Reading – gak jauh beda dengan nilai latihanku
selama ini. Menurutku Reading ini sangat tricky, kadang gampang menemukan
jawabannya tapi juga bisa sulit banget. Selama latihan pun nilaiku bervariasi
dari 6,5 hingga 7 pernah juga 8. Meski pas hari H aku merasa lebih yakin dengan
Reading ketimbang Listening, tapi aku cukup puas dengan hasil ini.
- Writing – nah ini yang jauh di luar ekspektasi. Gak pernah terbayang akan dapat 7 karena selama ini menargetkan 6,5 dan udah cukup puas dengan 6. Memang beberapa hari sebelum ujian, setelah aku misuh-misuh, aku dapat pencerahan dari suami teknik yang tepat untuk Writing test, yang ternyata berhasil dipraktekkan.
- Speaking – sudah puas dan sesuai ekspektasi.
Meski menurutku kalau lebih rajin latihan dan konsisten belajar bisa naik ke 7,
tapi untuk kemampuanku saat ini, sudah lebih dari cukup.
Sekian cerita perjalananku belajar IELTS dengan metode slow learner dan mood naik turun selama setahun. Meski ada banyak orang yang bisa kebut belajar dalam 2-3 bulan dan dapat score yang lebih hebat, tapi melihat usahaku untuk belajar setahun ke belakang, aku sangat terharu dengan pencapaian ini.
Terlebih aku udah lama gak ikut tes apapun, dan ada perasaan trauma juga karena kalau ikut tes lebih sering gagal dibanding berhasilnya, maka momen ini adalah satu hal yang patut dibanggakan.
Semoga bisa menjadi referensi buat
teman-teman yang mau belajar juga.
PS: Cerita ini akan berlanjut dengan drama-drama saat hari H IELTS dan bagaimana aku mempelajari masing-masing skills terutama Writing yang jadi bisa naik drastis, hehe.
Komentar
Posting Komentar