IELTS (bagian 1)
11 Februari 2025 adalah salah satu hari paling bersejarah dalam hidupku, karena akhirnya, setelah menunda bertahun-tahun, akhirnya aku mengambil tes IELTS.
Aku sudah lama berkenalan dengan tes IELTS dan telah
beberapa kali mengambil kursus, dengan motivasi beda-beda, yang kalau dirunut
seperti ini:
2016: Kelas IELTS Gratis di Britzone. Pada
masa ini aku cuma mau tahu apa itu IELTS dan sebenarnya lebih pengen ikut
karena teman-temanku pada ikutan. Tapi gak pernah benar-benar belajar.
Waktu itu satu kelas ada 20-30 orang, karena gratis, jadi
juga lebih banyak pemaparan tanpa benar-benar bisa mengukur kemampuan
masing-masing.
Level IELTS Score: 0 (karena masih gak tau apa-apa)
2017: Kelas IELTS di Blajar.id. Motivasiku
mulai ada keinginan untuk lanjut sekolah lagi. Ditambah waktu itu aku cuma
sibuk kerja, jadi ingin ada kegiatan bermanfaat lainnya sekaligus menambah
skill bahasa Inggris.
Kelasnya semi private, ada 5 orang siswa plus 1 mentor yang lokasinya bisa ditentukan sendiri mau belajar di mana. Sayangnya, waktu itu aku salah pilih lokasi yaitu Jakarta Pusat – padahal aku lebih dekat ke Jakarta Selatan. Alhasil aku harus menempuh jarak yang jauh banget buat les ke rumah salah satu siswa di daerah Cempaka Putih Timur, sementara kantorku di Senayan,
Ada 12x pertemuan, 1x pertemuan sekitar 90 menit. Namun
sayangnya mentor yang waktu itu mengajar tidak membagi masing-masing skill
dengan rata. Sehingga 8 pertemuan dihabiskan untuk Listening dan Reading, sisa
Writing dan Speaking kebut-kebutan. Malah aku ingat cuma ada 1 sesi
latihan Speaking di mana hanya latihan dengan sesama siswa, hingga gak
benar-benar mendapatkan feedback.
Level IETLS Score: Listening & Reading sekitar 5.
Writing & Speaking gak tahu.
2019: Kelas IELTS di Mr. Alex Course. Kembali merasa
gabut, tapi belum kepikiran buat lanjut sekolah, kali ini aku ingin belajar
lagi murni untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris yang kayaknya tiap tahun
stuck. Aku terinspirasi dari seorang teman di Britzone yang setelah ambil
kursus jadi kemampuan menulis dan bicara dalam bahasa Inggris-nya mengalami
peningkatan. Harapanku, aku juga bisa menggunakan bahasa Inggris dengan lebih
professional.
Aku random aja milih tempat kursus ini, kayaknya karena
sebelumnya ditawarin free placement test lalu diajak untuk ikut kelas. Plus
lokasinya juga lebih terjangkau yaitu di Tebet.
Aku lupa ada 8 atau 12 kali pertemuan, sebelum sesi pertama
ada placement test dulu. Hasilnya Listening & Reading masih sama yaitu 5;
Writing 4,5 wqwq. Tidak ada placement test buat Speaking jadi aku gak dapat
gambaran.
Setiap pertemuan durasinya panjang, sekitar 3 jam. Tapi
sayangnya masih sama seperti kelas sebelumnya, di sini waktu yang dihabiskan
untuk Listening & Reading skills lebih lama dibanding untuk Writing &
Speaking. Tapi handbook yang dikasih benar-benar lengkap baik teori dan
soal-soal latihannya, jadi bisa dipakai buat belajar di rumah. Meski gak ada
kunci jawaban – (dan tentu saja aku gak belajar lagi di rumah *lol).
Selain itu, meski ada placement test, tetap saja kelas diisi
sesuai kuota, sehingga meski level kemampuannya beda, kita tetap masuk di satu
kelas dengan mentor yang sama. Jujur aku juga sering bolos di sini karena ambil
kelas Sabtu pagi, dan kadang-kadang ya mager juga untuk belajar Sabtu pagi.
Akhirnya aku hanya belajar aja, dan belum berani ambil real
test karena sadar kemampuanku masih jauh di bawa standar.
2020 – 2023 : Hidup berjalan begitu saja, mulai dari
wabah Covid-19, pindah kerja, menikah, melahirkan, punya anak hingga resign.
Selama itu tiada lagi kata IELTS muncul dalam hidupku, dan kemampuan Bahasa
Inggris-ku ya begitu-begitu saja.
2024 : Karena sedang gap year dan LDM, aku sadar dalam setahun ke depan hidupku tidak akan kemana-mana; belum bisa kerja lagi juga tak mungkin menyusul suami, jadi aku memutuskan untuk menuntaskan keinginan yang tertunda, salah satunya mengambil tes IELTS. Entah akan digunakan
buat lanjut sekolah atau cari kerja, tapi aku merasa sebagai seseorang yang
sudah belajar bahasa Inggris bertahun-tahun, rasanya perlu punya kredibilitas
yang jelas tentang sejauh mana kemampuanku untuk berbahasa Inggris.
Alhasil, perjalananku belajar IELTS kembali di mulai.
Cerita lengkap di postingan berikutnya – karena bakal lebih
panjang lagi. >,<
Komentar
Posting Komentar