Hal Hal Baik Menjadi Pengangguran
Sudah memasuki September. Harapan saya
mendapat pekerjaan sebelum usia 23 musnah sudah. Sedih? Tentu saja. Tiap hari
saya memupuk harap namun hingga saat ini harapan itu belum berbuah juga.
Menjadi pengangguran hampir satu tahun bukanlah hal yang membahagiakan. Tidak
punya rutinitas, bosan dengan keseharian yang itu-itu saja, menunggu tanpa
kepastian, dan yang paling terasa adalah masalah finansial.
Meskipun masih ada orang tua, namun masih
meminta uang belanja sementara status bukan mahasiswa lagi, dan sudah memasuki
usia kerja yang harusnya sudah punya penghasilan sendiri, rasanya agak segan,
juga malu. Jadinya, saya harus berpikir panjang dan melakukan perhitungan dulu
jika ingin meminta uang.
Tapi saya percaya selalu ada hal baik dalam
setiap keadaan. Tiap kali saya merasa down,
saya selalu memikirkan hal-hal baik yang saat ini saya miliki.
Saya punya lebih banyak waktu bersama
keluarga. Lima tahun kuliah di Medan hanya pulang dua kali setahun, tiga tahun
masa SMA saya habiskan untuk sekolah dan bimbingan belajar sampai maghrib
(bahkan di hari Minggu) kemudian mengerjakan PR dan belajar hingga tidur lalu
kembali ke sekolah, dua tahun masa SMP saya memilih masuk asrama, dan setelah
saya sadari ternyata selama ini tidak banyak waktu yang saya habiskan di rumah.
Hal baiknya, selama belum dapat pekerjaan, saya menghabiskan 24 jam di rumah. Saya
bertemu ayah ibu saya setiap hari.
Melihat ibu saya pergi ke sekolah hingga
pulang, istirahat, memasak, menonton TV, internetan hingga tidur. Melihat ayah saya
menghabiskan masa pensiunnya dengan facebook-an
dan youtube-an, pergi main bola tenis, menonton
berita, hingga tidur. Setiap hari Minggu, saya ikut jalan pagi bersama mereka.
Kadang-kadang, jika merasa kesepian, saya menyusup ke balik selimut ibu saya
lalu tidur bersama. Saya tak pernah kehilangan waktu untuk bercengkrama dengan
orang tua saya, sesuatu yang dulu hanya bisa dilakukan beberapa menit via
telepon. Terlebih, saya satu-satunya anak yang ada di rumah.
Pernah beberapa waktu yang lalu ibu saya jatuh
sakit. Beliau minta dibuatkan teh
manis. Saat mengantarkannya ke kamar ibu saya, beliau bilang, “coba kalau dissa
tidak di rumah, entah siapa yang akan membuatkan teh ini”.
Percakapan ini membuat
saya berpikir banyak. Mungkin itu
sebabnya saya diberi kesempatan lebih lama di rumah.
Saya jadi melihat
kembali hal-hal baik yang saya habiskan bersama ayah dan ibu saya. Nanti, tepat
ketika saya menjejakkan kaki keluar rumah dan memulai hidup baru, kesempatan
‘berlama-lama di rumah’ seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi.
JIka saya punya
pekerjaan di luar kota, saya hanya bisa pulang kampung satu kali setahun, itu
pun paling lama seminggu. Lalu beberapa tahun kemudian, saya akan punya
keluarga sendiri dan menghabiskan seumur hidup bersama mereka, sementara
sesekali mengunjungi atau dikunjungi ayah dan ibu saya. Memikirkannya saja
membuat saya sedih.
Karena itulah, saya
sadar, betapa hari-hari yang saya miliki sekarang begitu berharga. Kesempatan
langka yang tak dimiliki semua orang.
Hal baik lainnya
menjadi pengangguran adalah, saya punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal
yang ingin saya lakukan namun tak sempat saya lakukan dulunya.
Waktu kuliah, saya
bergabung dengan Pers Mahasiswa SUARA USU dengan masa bakti tiga tahun. Selama
tiga tahun itu, saya super-sibuk, bahkan
untuk kegiatan akademis pun sering terabaikan. Tak ada yang namanya waktu
senggang. Bahkan, saya harus curi-curi waktu untuk ber-metime ria.
Lalu, setelah
kehidupan di SUARA USU berakhir, saya harus jungkir balik dengan skripsi satu
tahun penuh, juga fokus memperbaiki nilai-nilai perkuliahan. Paling-paling saya
hanya nonton film atau drama, juga jalan-jalan untuk menghilangkan stres.
Kini, saya hidup dalam
waktu luang yang tumpah-tumpah. Setiap hari adalah hari libur. Setiap jam
adalah metime.
Saya punya terlalu
banyak waktu untuk menonton segala drama dan film.
Saya punya kesempatan
tidur di ranjang seharian sambil membaca buku
tanpa takut akan tugas yang menunggu.
Saya kembali punya
waktu untuk berlama-lama menulis, menumpahkan segala ide tanpa deadline.
Saya bisa mendengarkan
lagu sambil bernyanyi keras-keras berjam-jam tanpa ada yang terganggu.
Saya punya banyak
waktu untuk jalan-jalan.
Saya kembali punya
waktu menyalurkan hobi saya bermain-main dengan kertas dan spidol warna, juga
tempel menempel kertas origami, sebuah hobi lama yang terlupakan.
Saya punya banyak
waktu untuk meningkatkan kualitas diri, belajar bahasa Inggris misalnya,
sesuatu yg butuh banyak latihan, namun tak ada banyak waktu untuk latihan
sebelumnya.
Betapa bisa melakukan
apapun yang diinginkan tanpa ada tekanan dan gangguan benar- benar sesuatu yang
menyenangkan.
Bahkan setelah
berbulan-bulan di rumah, saya masih merasa kekurangan waktu untuk itu semua.
Masih banyak drama dan film yang belum ditonton, buku yang belum dibaca,
tempat-tempat yang belum dikunjungi, pun beberapa draft novel yang-sudah-bersarang-laba-laba yang belum disentuh,
juga kemampuan bahasa Inggris yang belum mengalami perubahan signifikan.
Mungkin, Allah ingin
memberi saya waktu lebih banyak untuk menyelesaikan itu semua, sebelum nanti, waktu
saya tersita habis untuk pekerjaan dan kembali kesulitan mencari waktu ber-metime ria.
Ada banyak orang yang
langsung dapat pekerjaan sehabis tamat kuliah, tak sedikit juga yang lama
seperti saya. Namun, itu terjadi karena tiap orang punya waktunya sendiri untuk
bertransisi.
Mungkin, saya bukan
orang yang setangguh itu untuk langsung terjun ke dunia baru. Karena itu Allah
memberikan saya masa transisi, setidaknya untuk beradaptasi dan memantaskan
diri sebelum punya kehidupan baru.
Hari-hari yang saya
lalui ini juga mengajarkan bahwa, akan ada waktu yang tepat untuk segala
perkara. Seperti matahari yang tak pernah telat terbit atau terbenam, begitu
juga setiap hal dalam hidup ini. Tidak ada yang datang terlalu cepat atau
terlalu lama. Jadi, saya hanya perlu berusaha dan tak putus berdoa, selalu
berbaik sangka untuk setiap keputusan-Nya.
Demikianlah, saya
menikmati setiap detik yang saya miliki saat ini. Alhamdulillah.
-090915-
11:36 pm
ahahaa... sipp sa... :D
BalasHapusda masa2 nganggur dulu, hobi cari2 hobi baru. hobi kertas, mulai dari origami, paper craft, pop up card... its fun :D pernah da buek papercraft kapa, 1 minggu non stop. hohoho..
berkebun jo masak menyenangkan lo sa.. hihihi...
hidup pencaker.... :D
dari sekian banyak tulisan dis,ko yang paling melda sukai
BalasHapus