Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Kebahagiaan 2019

Tak seperti tahun-tahun lainnya di mana aku senang sekali merencanakan kehidupan di tahun baru, tahun 2019 hanya aku awali dengan sebuah resolusi: keluar dari zona nyaman. Sejak bekerja di Kemendikbud dan bergabung dengan Britzone English Club di tahun 2016, tak banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku. Hari-hari aku jalani begitu saja hingga tanpa terasa sudah tiga tahun berlalu. Ada masa-masa di mana aku merasa terperangkap dalam labirin dan tak punya gambaran bagaimana untuk keluar dan melihat kehidupan lain di luar sana. Namun ternyata hanya butuh keberanian yang sudah dipikirkan dengan matang, untuk akhirnya lepas dari segala rutinitas yang sama, lalu menemukan dunia baru yang jauh lebih menakjubkan. Resolusi 2019-ku diawali dengan resign dari tempat kerja pertamaku, juga mengakhiri keterlibatan sebagai pengurus Britzone yang sudah memberikanku banyak hal (yang mungkin harus diceritakan di segmen berbeda).  Saat itu, sebenarnya aku juga belum punya gambaran

Dua Tujuh, lalu bagaimana?

Akhirnya tulisan ini terbit juga setelah aku hidup selama 27 tahun, 3 bulan, 20 hari. Sebuah bentuk selebrasi yang terlambat dalam rangka tradisi refleksi diri setiap aku bertambah umur.  Sama seperti aku tidak sadar saat dilahirkan, aku juga tidak sadar sudah 27 tahun hidup di dunia ini. Kalau dipikir-pikir, sudah cukup lama juga aku bernapas dan menumpang hidup di bumi. Pertanyaannya selalu sama: Apa saja yang sudah dicapai sejauh ini ? Sejujurnya, sama seperti kebanyakan orang, aku juga termasuk golongan yang mengukur segala pencapaian berdasarkan umur.  Lulus kuliah di umur 22 tahun. Mendapat kerja pertama di umur 23 tahun. Melanjutkan studi di umur 25 tahun. Menikah di umur 26 tahun. Dan seterusnya... Pikirku, pasti ada alasan mengapa umur-umur tersebut menjadi tolak ukur yang ideal untuk pencapaian hidup seseorang berdasarkan berbagai macam faktor. Namun yang terjadi dalam timeline hidupku justru seperti ini: Lulus kuliah di umur 22 tahun. Mend

Hari-Hari (Kembali) Menjadi Pengangguran

Photo by Ben Rosett on Unsplash Tanpa terasa sudah lebih dari 50 hari aku menjadi pengangguran. Aku seolah mengambang dalam balon transparan yang terbang ke sana kemari, namun tidak menapak ke tanah, pun menyentuh langit. Aku merasa seperti hidup dalam dimensi terpisah dari orang-orang sekelilingku. Aku hidup dengan mengamati bagaimana orang-orang di sekitarku menjalani rutinitas harian yang tak jauh-jauh dari: bangun pagi, terjebak macet pergi-pulang kerja, meeting tak berkesudahan, kerjaan yang selalu menumpuk, kejar-kejaran dengan deadline , lembur, merasa lelah dan selalu menunggu akhir pekan tiba, namun kemudian mengulangi lagi rutinitas tak menyenangkan itu keesokan harinya. Sementara aku memiliki 24-jam penuh untukku sendiri yang bebas aku gunakan suka-suka, tanpa deadline , tanpa tuntutan apa-apa. Aku si pemilik waktu punya kuasa penuh bagaimana aku menghabiskannya tanpa terikat dengan pihak lain. Bisa dibilang, aku berada pada titik paling menyenangkan