Kelak, bagaimana kita akan bertemu lagi?



Kadang-kadang, terbersit di benakku satu pertanyaan. Kelak, bagaimana kita akan bertemu lagi?

Sudah hampir empat tahun sejak terakhir kali kita bertemu. Tiga puluh bulan. Seribu dua ratus tiga puluh tiga hari. Sudah hampir sama banyaknya dengan waktu yang pernah kita habiskan bersama. Waktu yang sangat panjang, dan tanpa ku sadari berlalu begitu saja.

Karena itu lah, di sela-sela kehidupanku sekarang yang telah baik-baik saja, kadang-kadang pertanyaan itu muncul. Kelak, bagaimana kita akan bertemu lagi?

Terlebih kini kita telah berada di pulau yang sama. Sesuatu yang dulu selalu aku tunggu untuk tiba masanya. Bahkan, kini di kota yang sama. Bahkan, tempatmu bekerja hanya berjarak beberapa menit dari tempatku tinggal. Kini, jarak kita telah sedekat itu.

Namun sayangnya, bertemu denganmu kini tak lagi semudah dulu.

Aku tak mungkin mengirim pesan singkat padamu dan mengajak untuk bertemu. Kini, hal itu sudah tidak memungkinkan lagi.

Apalagi mendatangimu secara tiba-tiba ke tempat kerjamu. Sebenarnya aku bisa saja mencarimu kesana untuk setidaknya, melihatmu. Melihat sosokmu yang baru, yang jauh berbeda dengan yang ku kenal dulu.

Tapi aku tidak dalam kondisi sepenasaran itu untuk melakukan hal bodoh demikian. Aku tau batasanku. Aku tau posisiku.

Aku hanya bisa menunggu waktu, untuk tahu bagaimana kita bertemu lagi.

Aku hanya ingin tahu, kira-kira, di tempat seperti apa kita bertemu. Apakah di halte, dalam bus, di stasiun, dalam kereta api, pusat perbelanjaan, taman, tempat wisata, atau tak sengaja bertemu di jalan. Ada terlalu banyak kemungkinan yang tidak bisa diprediksi. 

Lalu, siapakah yang lebih dulu sadar akan pertemuan itu, dan yang pertama kali menyapa?

Aku hanya ingin tahu, kata apa yang pertama kali akan kau ucapkan setelah sekian lama. 
Apakah setelahnya ada percakapan lebih lanjut, memenuhi segala cerita kosong yang terlewat selama empat tahun terakhir. Atau kau berlalu begitu saja setelah basa basi sederhana.

Percayalah, aku tak mengharapkan apapun dari pertemuan itu. Aku tak lagi bawa-bawa perasaan. Percayalah, aku sudah tutup buku dengan segala cerita masa lalu. 

Meski tentu, ingatan tak semudah itu untuk tersapu. Tapi sekali lagi, aku tau batasanku. Aku tak pernah lagi membiarkan kenangan muncul begitu jauh bersama perasaan nelangsa yang penuh penyesalan dan kehilangan dan kemudian memancing air mata turun. Tidak, kini aku tak lagi sepicik itu. Aku sudah sepenuhnya bisa mengendalikan diri.

Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja. Dan memperlihatkan padamu bahwa aku pun baik-baik saja.

Hingga setelah pertemuan itu, aku bisa memperbarui sosokmu dalam ingatanku. Bukan lagi kakak kelas yang selalu ku tunggu kedatangannya setiap hari, yang padanya ku simpan perasaan menahun. Namun sosok yang sepenuhnya baru, yang tak ku ketahui lagi apapun tentangnya. Sosok baru yang akan mengunci rapat seluruh kenangan masa lalu itu.

Dan jika setelah itu kita bertemu lagi, itu tak lebih dari sekadar pertemuan kakak kelas dan adik kelas yang pernah bersekolah di tempat yang sama. Dua orang yang kebetulan pernah bersama dalam satu masa. Dua orang yang kebetulan pernah saling mengenal. Dua orang yang kini telah menjadi asing, untuk selamanya.

 
source: google

1:24 pm
 -130116-
(aku hanya ingin tau)

Komentar

  1. Pengen jadi jutawan hanya dengan 20.000
    Ayo daftar dan mainkan gamenya ya boss
    Di Situs Judi Online Terpercaya seAsia
    dewalotto Link :
    dewalotto.club

    BalasHapus

Posting Komentar