Seperti Kemarin
Tahun 2014 bagi saya adalah
sebuah perjalanan melelahkan, namun mendewasakan. Saya merasa telah naik satu
tingkat dalam belajar kehidupan. Hadap-hadapan dengan tugas akhir selama 12
bulan penuh, saya menemukan arti penantian, kesabaran, keyakinan, keikhlasan,
dan kepasrahan. Saya belajar bahwa satu-satunya hal yang bisa dilakukan manusia
adalah berusaha, bukan mengejar target. Menargetkan sesuatu boleh jadi adalah
cambuk bagi kita untuk berusaha lebih keras, namun bukan untuk jadi harga mati
dari sebuah keberhasilan. Hingga saat Desember jadi labuhan terakhir saya
sebagai mahasiswa, saya sadar betapa berharganya setiap proses panjang yang
saya hadapi. Mungkin, saya lebih beruntung dari mereka yang lebih dulu selesai.
Bisa jadi, saya melihat lebih banyak hal dari mereka, memahami setiap makna
dengan lebih terbuka.
Salah satu yang paling berkesan
adalah, saya banyak berinteraksi dengan orang-orang baru, anggaplah teman-teman
senasib, yang mungkin selama empat tahun kuliah jarang bertegur sapa. Meskipun
beberapa dari mereka masih salah menyebut nama saya. Kita sadar betul arti
perjuangan. Lawan pun jadi kawan, bahu-membahu membantu setidaknya memberi asupan
semangat agar segera siap, membangun impian mengenakan toga di hari yang sama.
Saya mencoba hal baru tahun ini.
Menyalurkan hobi saya dengan cara yang lebih profesional. Memang di akhir agak
mengecewakan. Lagi-lagi saya belajar menghadapi kenyataan dengan lebih tenang.
Lagi-lagi saya berusaha menarik benang kusut ini untuk melihat hal baik apa
yang kira-kira ditinggalkan. Dan setiap kejadian selalu menyisakan pelajaran.
Kalaupun bukan untuk saat ini, mungkin untuk masa depan. Saya tetap bersyukur,
setidaknya untuk kesempatan.
Saya rasa, tahun ini saya
sepenuhnya telah melupakan ‘ia’, sesuatu yang tidak saya sangka-sangka. Saya
tidak tahu apakah ini hal yang baik atau buruk. Saya baik-baik saja, tapi
terasa ada lubang yang menganga. Mungkin, tidak ada respon dan tidak dapat
menemukan ia di manapun adalah cara terbaik untuk melupakan. Meski melupakan
bukan kerjaan instan.
Tahun lalu saya sudah masuk
proses ini. Hanya saja, saya masih sering curi-curi untuk melanggar. Tapi tahun
ini beda. Bahkan kenangan pun tak sanggup lagi membangkitkan perasaan lalu.
Semua hanya saya tanggapi dengan dingin. Saya sepenuhnya telah melepaskan.
Hanya saja ini agak berdampak
buruk. Hati jadi terlalu tenang untuk menanggapi hal lain. Perasaan yang jadi
datar. Tidak lagi saya temukan debaran-debaran pada orang baru. Apalagi
ketertarikan. Saya juga tak lagi takut terhadap hal-hal yang menjadi ketakutan
saya sebelumnya. Saya menjadi lebih dingin. Tapi tak mengapa, jika sudah tiba
saatnya, mungkin bagian dalam diri saya akan kembali bekerja normal.
Hal yang paling saya sesali tahun
ini adalah, (lagi-lagi) kegagalan saya untuk konsisten menulis. Semangat di
awal tahun selalu buyar manakala dihadapkan rutinitas lain. Ini selalu terjadi
dua tahun belakangan. Saya yang memang tidak bisa multitasking agak kesulitan untuk membagi waktu. Juga mengusir rasa
malas. Padahal ada terlalu banyak hal yang ingin saya bagi, pikiran-pikiran
yang ingin saya sampaikan secara massal, tapi akhirnya tenggelam begitu saja.
Semoga kehidupan selanjutnya menghadiahkan saya kesempatan menulis lebih
banyak untuk orang lain juga untuk diri sendiri.
Untuk tahun yang baru datang, ada
banyak hal-hal baru yang ikut serta. Tempat baru, orang-orang baru, kehidupan
baru, cerita baru, juga (semoga) cinta baru. Selamat datang petualangan
selanjutnya, saya harap bisa melaluinya dengan ceria dan bahagia. Bismillah.
P.S: Sejujurnya, tahun ini saya bertemu seseorang yang baru-saya-sadari
paling mengerti saya. Seumur hidup, saya baru kali ini menemukan orang
sepertinya. Ia tahu bagaimana cara memperlakukan saya, luar biasa sabarnya, dan
membuat saya nyaman. Ia adalah orang yang saya-ingin-habiskan-setiap-hari-dengannya.
(mungkin seumur hidup?) Hanya saja, ia juga adalah ‘seseorang’ bagi satu atau dua orang lain, mungkin lebih. Hingga keberadaannya tidak bisa dimonopoli. Karenanya
ia tidak dapat tempat pada tulisan utama di atas. Agar semua tetap seperti
biasa, tidak ada bentuk spesialisasi. Pun, mungkin tahun ini adalah tahun
terakhir kami bersama. Semoga saya menemukan kloningan-nya di tempat lain. (:
P.S.S: Seperti Kemarin saya ambil dari judul lagu baru salah
satu band favorit saya. Semata untuk menunjukkan bahwa tulisan ini harusnya di-posting kemarin, tepat di hari terakhir
2014. Mungkin bisa juga untuk menyatakan kemarin-kemarin yang telah berlalu
yang saya kumpulkan hari ini.
Komentar
Posting Komentar