Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Alibi

Malam telah merangkak perlahan menuju fajar. Jarum panjang di dinding kamar perempuan itu berada lewat sedikit dari angka 3. Sementara yang lebih pendek tak mau kalah menyentuh angka 3 pula. Seolah tak ada beda. Sudah lebih 4 jam perempuan itu duduk termangu di depan laptop -nya. Panah kursornya hanya mampu berkedip-kedip sedari tadi, tak kunjung diajak bergerak si empunya. Halaman putih di layar itu pun masih tak bernoda. Setia menunggu muntahan pikiran yang tak terungkap untuk disajikan dalam bentuk cerita. Namun hampa. Tatapan perempuan itu hanya nanar. Lurus menatap ke depan tapi kosong. Sementara pikirannya penuh sesak dan satu-satu berdesakkan ingin segera dikeluarkan, tapi ia tak kuasa. *** “Kebodohan macam apa ini? Tidak adakah yang bisa kau tuliskan dari tadi?” pertanyaan itu muncul. “Banyak. Aku sedang berpikir darimana hendak memulai. Ideku terlalu banyak hingga tak bisa kupilah mana yang pantas didahulukan” kilahnya. “Bohong! Ini sudah lebih dari 4 jam, te

Untuk Arjuna

Arjunaku, Jika memang matamu sudah lelah mencari tempatku berada Kan ku pendarkan seberkas sinar yang kan menuntunmu menuju jalan cahayaku, Arjunaku, Jika memang telingamu sudah mulai menuli menanti sayupan cintaku, Biarlah ku nyanyikan sebait kidung indah yang kan mengiringmu padaku, Arjunaku, Jika memang tanganmu sudah tak sanggup lagi meraba dimana aku bersemayam Izinkanlah aku menuntunmu perlahan menyusuri jalan ini meskipun dari jauh, Arjunaku, Jika memang kakimu sudah terlalu rapuh untuk bertahan   melanjutkan perjalanan ini Sepantasnyalah aku yang berlari dan mendekapmu erat disana, Namun arjunaku, Jika memang hatimulah yang masih membeku, Aku tidak akan pernah bisa menemukan apa-apa untuk memberikannya kehangatan agar mencair Karena aku telah mencoba, Sudah terlalu lama mencoba dengan segala kekuatan yang aku punya Namun   tetap tak bisa Karena memang hatimu tak pern

Hujan dan Teduh

Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Seperti itulah cinta kita, seperti menebak langit abu-abu.  Bintang, memiliki kehidupan cinta masa kini dan masa lalu yang sangat bertolak belakang. Pada masa SMA, ia jatuh cinta pada teman sebangkunya, Kaila yang juga seorang wanita. Ternyata Kaila juga memiliki perasaan yang sama pada Bintang, dan hubungan tidak normal itu pun terjalin. Meskipun begitu, masing-masing dari mereka tetap mempunyai “teman pria” untuk menyembunyikan identitas mereka. Namun Reno, yang saat itu adalah kekasih Kaila membuka aib itu ke semua penjuru sekolah karena cemburu. Kaila kemudian mulai menjauhi Bintang dan menuruti semua keinginan Reno. Bintang benar-benar kehilangan Kaila namun tidak tau apa yang harus dilakukannya karena Kaila tidak mau digubris lagi. Hubungan itu berakhir menyedihkan. Kenangan pahit di masa lalunya, tak membuat Bintang sedih terlalu lama. Meskipun Kaila masih bertahta di hatinya, ia pun mulai menja

Selayaknya Bintang

Menjelmalah selayaknya bintang di langit Yang selalu berusaha menyinari insan dunia meskipun hidupnya selalu diselimuti kabut malam Yang tak pernah lelah berkilau walau hatinya selalu dirundung duka awan hitam Yang tetap tersenyum saat tak pernah mengecap cerahnya matahari Yang harinya takkan luput dari tabir gelap dunia kelam Yang pendar kerlipnya tak pernah pudar walau adanya sering tak disadari Yang tetap setia menyemarakkan pesona sang bulan malam Yang seakan betabur  ramai namun sesungguhnya selalu bertemankan sepi Yang indahnya dapat dinikmati mata bumi namun wujudnya tak mampu ditafsirkan makhluk mana pun Yang terlihat kecil tapi nyanyiannya mampu menghanyutkan mimpi diri Yang tak malu bercahaya meskipun tak seterang sinar sang surya yang membahana Yang tak pernah iri pada sempurnanya purnama yang sering diagungkan khayalak Menjelmalah selayaknya bintang Yang selalu dirindukan hamaparan angkasa luas