Tentang 2021 & Perayaan Dua Sembilan

Tahun 2021 – kisah menikah dan lain lain di antaranya

Ini adalah tahun di mana hidup memberikanku misi selanjutnya untuk dituntaskan (setelah masalah karir dan pekerjaan menemukan muaranya tahun lalu); yaitu masalah perjodohan.

Menuju akhir dua puluhan dan telah menjalin hubungan 3 tahun lamanya, tuntutan untuk menikah makin kencang anginnya. Setelah merasa yakin bisa menerima lebih kurang masing-masing, kami pun sepakat untuk bersatu selamanya, dan tahun ini disibukkan dengan hal-hal terkait persiapan pernikahan.

Paruh pertama tahun ini dipenuhi dengan beberapa kali pertemuan keluarga – kebetulan kami belum pernah bertemu keluarga masing-masing dan menunggu hingga momen yang tepat dan pasti.

Paruh kedua tahun ini dilanjutkan dengan pengukuhan hubungan yang lebih resmi – mulai dari pertunangan hingga pernikahan dua bulan kemudian.

Tapi entah kenapa, dibanding merayakan segala proses penyatuan yang telah lama aku nanti-nantikan ini dengan sukacita, aku malah dirundung rasa cemas yang berlebihan sepanjang tahun. Aku bahkan tidak berbagi kabar gembira ini dengan banyak orang. Setiap hari aku dihantui perasaan seolah-olah ini tidak akan terjadi.  Aku merasa akan ada yang tak terduga mengacaukan semua rencana. Mungkin karena terlalu lama memimpikan hal ini, hingga rasa tidak percaya yang aku rasakan lebih besar daripada rasa gembira karena akhirnya mimpiku terwujudkan.

Aku mengawang setiap hari, mengikuti proses demi proses tanpa merasa benar-benar ada di sana, sembari diselubungi pikiran ‘ini beneran ya’, ‘ini beneran bakal sampai ya’. Etc etc.

Berbagai upaya aku lakukan supaya terhindar dari rasa cemas dan ketakutan itu, mulai dari meditasi, baca buku, dengar podcast, hingga berencana mencari bantuan profesional, namun nihil.

Hari demi hari berlalu demikian, hingga akhirnya tiba di hari H, tepat di lokasi akad, sambil melihat sekeliling – memastikan semua orang yang terlibat hadir, di sanalah segala rasa tidak enak itu sirna sepenuhnya.

Dan aku setelahnya jadi punya rasa sesal, kenapa tidak bisa menikmati saja apa yang di depan mata, dibanding mencemaskan hal-hal yang di luar kuasa.

Tapi yasudah – pada waktu itu, memang seperti itulah perasaanku, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa juga untuk mengubah atau mengendalikannya sekarang.

Akhir tahun ditutup dengan masa adaptasi hidup berdua, saling mempelajari kebiasaan masing-masing, setelah periode kecemasanku hilang, sambil menikmati momen bulan madu yang ternyata sekejap saja.

 


Perayaan Dua Sembilan

Akhirnya, di penghujung masa duapuluhan-ku, segala hal dalam kehidupanku satu per satu sudah menemukan muaranya.

Hal-hal yang menjadi kebingungan di masa krisis seperempat hidup, masa depan yang terasa suram, kebingungan akan kehidupan, telah menemukan jawabannya setelah proses panjang.

Setelah menganggur – kerja sembarang – menganggur lagi – kerja sesuai jurusan – (lalu) menganggur lagi – akhirnya aku menemukan pekerjaan yang aku bisa melakukannya dengan suka cita dan bisa aku nikmati segala tantangannya, dan akan aku jadikan acuan untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya.

Setelah mencoba berbagai hobi dan kegiatan ekstra mulai dari klub bahasa Inggris, mengajar anak-anak under priviledge, seni lettering art, menulis, journalling, ternyata hal yang konsisten aku lakukan tanpa beban adalah baca buku.

Setelah punya banyak cita-cita masa muda dari ingin sekolah keluar negeri, jadi penulis buku, wanita karir, punya bisnis, dan banyak ambisi lainnya, ternyata aku lebih nyaman menjalani hari-hari tanpa rencana jangka panjang dan fokus pada hari ini saja.

Setelah patah hati berkali-kali, berdekatan tanpa ada status, berharap kemudian pupus; tahun ini aku juga menemukan teman hidupku. Rasanya butuh ruang khusus untuk bercerita tentang ini, namun yang bisa aku simpulkan saat bersamanya adalah menjalin hubungan ternyata tidak serumit yang aku bayangkan sebelum-sebelumnya.

Hidup dengan segala cabangnya membuatku menapaki jalur yang awalnya abu-abu namun akhirnya mengerucutkan segala pilihan-pilihan yang rumit hingga aku tak lagi terombang-ambing.

Dan pada hari lahir kedua sembilan, aku sedang fokus dengan persiapan acara lamaran seminggu kemudian, hingga tidak ada perayaan khusus - namun penuh rasa syukur dengan apa- apa yang aku miliki sekarang.

 

 

Komentar