(Book) Truth or Dare, Kenangan Musim Hangat
By: Winna Efendi dan Yoana Dianika
Saat mencintai seseorang, apa pun kesalahannya, kamu tidak akan bisa begitu saja berhenti mencintainya
Dalam hubungan persahabatan dua wanita dengan satu orang pria, tidak akan pernah ada yang baik-baik saja. Agaknya, inilah yang menjadi alasan Winna Efendi dan Yoana Dianika, mempersembahkan cerita pahit manis sebuah persahabatan yang kemudian terusik karena cinta, dalam edisi Gagas Duet kali ini.
Senada
dengan novel Gagas Duet yang lain, buku ini juga dibagi dalam dua bagian besar,
dengan memaparkan cerita dari sudut pandang Alice dan Catherine, mereka yang
bersahabat, dengan judul serupa. Keduanya adalah gadis dengan kepribadian yang
beda namun bisa lengket saat bersama.
Gaya penulisan Winna yang
dramatis sangat cocok dengan karakter Alice yang tertutup, tidak mudah bergaul,
dan pendiam. Ia pengidap diseleksia, hingga ia sulit berkomunikasi dengan
sekitar. Tak jarang ia jadi bahan olokan teman-temannya. Alice sangat menyukai
sejarah. Baginya, setiap orang akan selamanya menjadi bagian dari sejarah,
sekecil apapun lingkupnya. Kesendiriannya ia bunuh dengan merekam
kejadian-kejadian terbaik di sekitarnya dengan camcorder.
Beruntung, ia betemu dengan Catherine, gadis
manis namun tomboy yang selalu membelanya. Yoana Dianika dengan pemaparan yang
lugas, berhasil menghidupkan karakter Catherine ini dalam bagian kedua.
Catherine adalah gadis popular di Belfast Area Highschool, selalu mendapat
nilai bagus, aktif dalam diskusi dan aktivitas luar sekolah.
Sesungguhnya, mereka telah bertemu saat masih
kanak-kanak, namun takdir baru memberi kesempatan mereka bersama saat telah
remaja. Sebuah pertemuan tak sengaja yang akhirnya merubah keduanya menjadi
sahabat. Hidup di sebuah kota kecil bernama Belfast, mereka punya kebiasaan
menghabiskan sore hari di pantai putih Belfast. Catherine akan sibuk bercerita
tentang apa saja sementara Alice mendengarkan dengan tenang sembari
mengabadikan momen itu dengan camcorder.
Namun, mereka juga punya
kebiasaan yang hanya mereka berdua ketahui, yakni bermain truth or dare. Alice selalu memilih truth, karena ia merasa tak ada yang perlu disembunyikan dari
Catherine. Lagipula, ia tak menyukai permainan fisik. Kontras dengan Catherine
yang kerap memilih dare.
Kehidupan normal persahabatan
mereka kemudian mulai berubah saat sekolah mereka kedatangan murid pertukaran
pelajar dari Indonesia, Julian. Ketiganya tergabung dalam kelompok sejarah, dan
pada akhirnya membuat Julian bergabung dalam lingkaran persahabatan itu, dan
ikut dalam semua kebiasaan mereka.
Sejak awal, Alice menyukai Julian
namun memilih untuk diam. Sementara Julian memilih Catherine untuk menjadi
kekasihnya. Catherine yang selama ini tak pernah menerima pria manapun,
akhirnya luluh.
Secara keseluruhan, novel ini
memang berkisar pada kisah harian Alice, Catherine, dan Julian. Yang menarik,
sepanjang keseharian itu, ada konflik batin nan dilematis yang dipendam oleh
masing-masing lakon. Misalnya saat Alice harus meredam cemburu saat melihat
Catherine dan Julian bersama, atau saat Catherine menceritakan hal-hal manis
yang dilakukan Julian padanya, sesuatu yang sesungguhnya ia inginkan pula.
Namun ia tetap bersikap biasa dan ikut senang, seakan tak terjadi apa-apa.
Adapula masa Catherine yang
dirasuki bisikan-bisikan mengejek dari Heather, musuhnya di sekolah mengenai
kedekatan Alice dan Julian yang juga tak biasa. Hingga ikut menimbulkan tanda
tanya baginya, meskipun ia redam dan percaya sepenuhnya pada Alice.
Tema yang diambil memang sederhana, mengingat
cerita seperti ini juga acap dijadikan novel. Namun, pembagian ke dalam dua
sudut pandang membuat penilaian tokoh lebih imbang. Alurnya maju dan pada
bagian awal terkesan datar, namun cukup terbantu dengan kejadian-kejadian yang
menimbulkan pertanyaan dan konflik yang mengejutkan di bagian tengah hingga
sulit menentukan arah cerita. Berbeda dengan cerita cinta segitiga yang lain,
akhir yang ditawarkan berbeda dan menggugah emosi.
Sayangnya, resolusi dari konflik
tersebut diceritakan di bagian pertengahan, pembatas cerita Alice dan
Catherine. Sehingga pembaca akan enggan untuk mengetahui pemikiran Catherine,
karena telah tahu ujung ceritanya. Ditambah lagi rentetan perisitiwa telah
dijelaskan pada bagian Alice dari awal hingga akhir, sehingga pada bagian
Catehrine sering terjadi pengulangan, hingga sedikit membosankan.
Ini adalah karya kelima Winna
Efendi, dan keduakalinya bagi Yoana Dianika. Ide ceritanya lebih sederhana
daripada cerita yang pernah ditawarkan kedua penulis sebelumnya. Meskipun
begitu, kepiawaian keduanya memainkan kata, ditambah latar yang diambil di luar
negeri adalah penyelamat novel ini. Gaya penulisan yang mengalir dan tidak
rumit membuat pembaca dapat membaca novel ini dalam keadaan santai.
Novel ini didedikasikan pada
pencinta roman remaja yang dramatis dan menyentuh. Tulisan ini pernah dipublikasikan di www.suarausu.co
Komentar
Posting Komentar