(Book) Sunshine Becomes You
By: Ilana Tan
Ini kisah tentang harapan yang muncul di tengah
keputusasaan. Tentang impian yang bertahan di antara keraguan. Dan tentang
cinta yang memberikan alasan untuk bertahan hidup
Alex Hirano tak akan pernah menyangka bertemu
dengan Mia Clark, gadis pelatih tari incaran adiknya Ray Hirano. Malaikat
kegelapan yang membuat tangannya patah. Padahal, baginya tangan adalah aset
utama sebagai seorang pianis ternama. Mia Clark menebus rasa bersalahnya dengan
menawarkan diri menjadi pembantu rumah tangga Alex, meskipun Alex pribadi yang amat
kaku dan sangat dingin. Alex yang tidak peduli kemudian membiarkan Mia masuk
dalam kehidupannya.
Namun siapa sangka suasana dingin itu kemudian
mencair karena kehangatan tawa Mia dan aroma kopi buatannya yang tak pernah bisa
dilupakan Alex. Kebersamaan itu perlahan berubah menjadi cinta, meskipun tak
semudah dalam dongeng. Keduanya menutup rapat perasaan tersebut dalam hati,
bersatu dalam rahasia yang sulit diungkapkan.
Mia
menderita penyakit jantung, hingga tak berani berharap lebih. Rasa cinta akan membuatnya
bermimpi, dan mimpi sangat bertolak belakang dengan dunia nyata. Sementara Alex
tak mungkin bersaing dengan adiknya sendiri. Dari kecil hingga dewasa mereka
tak pernah memperebutkan apa pun, karena perbedaan karakter mereka. Termasuk
urusan hati. Sebuah dilema sederhana dengan penyelesaian yang rumit.
Ilana Tan kembali menghadirkan novel romansa dengan
cerita yang menarik. Gaya penceritaannya detail hingga pembaca masuk dalam
setiap adegannya . Alurnya maju hingga rekaan cerita mudah dicerna. Cerita kehidupan
Alex sebagai seorang pianis dan Mia sebagai penari membuat tokohnya serasa
nyata. Dari awal hingga akhir novel, cerita ini hanya memusatkan pada kehidupan
kedua tokoh utama.
Hal yang menarik dalam cerita ini adalah
perubahan tokoh Alex yang awalnya sangat dingin dan kaku menjadi pribadi yang
lebih ramah, seiring dengan perasaannya yang mulai timbul pada Mia. Sementara
Mia sudah menyukai Alex sejak pertama kali pria itu tersenyum padanya.
Kepiawaian keduanya menyembunyikan perasaan
masing-masing turut menggugah emosi pembaca. Dialog-dialog yang dihadirkan
sebenarnya sudah mengarah pada perasaan keduanya, namun keduanya selalu menepis
dan menganggap hal itu hanya bagian dari sebuah canda. Bahkan, hingga di akhir
cerita perasaan tetap terpendam, dan terungkap di saat semuanya sudah
terlambat.
Selain itu, setting cerita yang mengambil
tempat di New York menjadi sajian yang menarik. Karena bercerita tentang
keseharian tokoh utama, pembaca seakan dibawa ikut bertualang di tempat-tempat
yang mereka kunjungi di New York.
Secara keseluruhan, novel ini punya irama yang
sama dengan karyanya sebelumnya, tetralogi 4 musim yang menjadi best seller. Bertemakan kisah cinta,
tidak saling kenal kemudian menyatu karena terbiasa, berlatar tempat luar
negeri, dengan tokoh pria yang kaku dan tokoh wanita yang ceria. Keduanya punya
pekerjaan berbeda. Seperti pada novel Autumn
in Paris, tokoh pria adalah seorang arsitek dan tokoh wanita adalah seorang
penyiar radio. Ilana mejelaskan dengan rinci ritme dari tiap pekerjaan
tersebut, seakan-akan pernah menjalaninya.
Selain itu kesamaan juga terlihat dari konflik
utama yang dibumbui datangnya orang-orang dari masa lalu. Pada novel Winter in Tokyo, konflik mulai muncul
saat tokoh pria hilang ingatan dan kedatangan kekasihnya, sementara tokoh wanita menemukan cinta pertamanya saat kecil.
Hal serupa juga terdapat pada novel ini, Mia juga bertemu dengan cinta
pertamanya, pria pasangannya menari.
Meskipun begitu, konflik dalam buku ini adalah
yang paling biasa di antara yang lain. Selain kedatangan cinta pertama Mia dan
penyakitnya, tak ada lagi konflik yang ditawarkan hingga terasa hambar. Ilustrasi
sampul juga tidak semenarik ilustrasi empat novel yang lain. Beruntung Ilana
Tan punya gaya penceritaan yang sangat baik hingga novel setebal 403 halaman
ini menjadi tidak membosankan. Akhir cerita yang sad ending turut menjadi penyelamat hingga cerita tetap berkesan.
Tulisan ini pernah dipublikasikan di www.suarausu.co
Komentar
Posting Komentar